Sekolah.web.id – Dalam beberapa penelitian terbaru, ditemukan bahwa otak manusia mengalami penyusutan selama 3.000 tahun terakhir. Penelitian yang dipimpin oleh Jeremy M. DeSilva, James F. A. Traniello, Alexander G. Claxton, dan Luke D. Fannin ini dipublikasikan oleh Frontiers dan dilaporkan oleh Greek Reporter.
Menurut studi tersebut, sejak kemunculan Homo sekitar 6 juta tahun lalu, ukuran otak manusia telah meningkat empat kali lipat. Namun, data menunjukkan adanya penurunan volume otak sejak akhir Zaman Es.
Para peneliti menggunakan analisis titik perubahan untuk memperkirakan waktu perubahan evolusi otak hominin dan menemukan bahwa otak manusia mengalami pertumbuhan pada 2,1 juta tahun lalu dan 1,5 juta tahun lalu selama masa Pleistosen, tetapi menyusut sekitar 3.000 tahun yang lalu pada periode Holosen.
Para peneliti mengumpulkan data dari 985 fosil dan tengkorak manusia modern. Mereka menduga bahwa penurunan ukuran otak ini mungkin disebabkan oleh eksternalisasi pengetahuan dan pengambilan keputusan yang dilakukan secara kolektif dalam kelompok sosial.
Dengan munculnya sistem sosial yang kompleks dan berbagi informasi, kecerdasan kolektif menjadi lebih dominan.
Studi ini juga menarik paralel dengan kehidupan semut, yang menunjukkan pola sosial mirip dengan manusia, termasuk kelompok besar, pembagian kerja, dan kecerdasan kolektif. Para peneliti percaya bahwa mengamati semut bisa memberikan wawasan tambahan mengenai evolusi otak manusia.
Namun, penelitian ini tidak sepenuhnya diterima oleh semua ilmuwan. Profesor Brian Villmoare dari University of Nevada, Las Vegas (UNLV), dan Dr. Mark Grabowski dari Liverpool John Moores University, menantang temuan tersebut. Mereka berpendapat bahwa ukuran otak manusia tidak berubah signifikan dalam 3.000 tahun terakhir, bahkan sejak 300.000 tahun yang lalu ketika Homo sapiens muncul di Maroko.
Villmoare menyatakan bahwa tidak mungkin otak manusia menyusut pada saat peradaban manusia sedang mencapai puncak intelektual dan kreatif, seperti yang terlihat pada masa Homer dan Kerajaan Baru Mesir hingga perkembangan aksara China dan peradaban Olmec.
Setelah mengkaji ulang data yang digunakan oleh DeSilva dan rekan-rekannya, Villmoare tidak menemukan bukti pengurangan ukuran otak.
Selain itu, Villmoare berpendapat bahwa kebiasaan semut yang menunjukkan kesamaan dengan manusia tidak relevan untuk memahami evolusi otak manusia. Ia menekankan bahwa manusia dan semut adalah spesies yang sangat berbeda.
Para peneliti UNLV juga menunjukkan bahwa perkembangan pertanian dan masyarakat yang kompleks terjadi pada waktu yang berbeda di berbagai wilayah dunia, yang berarti variasi dalam perubahan tengkorak manusia di seluruh populasi.
Mereka juga menyoroti bahwa jumlah tengkorak yang digunakan DeSilva dan timnya pada periode kritis terlalu kecil dan berasal dari lokasi geografis yang berbeda, sehingga tidak dapat memberikan gambaran yang akurat mengenai perubahan ukuran otak.
Meskipun penelitian ilmiah sering menghasilkan kesimpulan yang bertentangan, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memahami dengan pasti apa yang terjadi pada otak manusia dalam 3.000 atau bahkan 300.000 tahun terakhir.