Jakarta, Sekolah.web.id – Direktorat SMA Kemendikbudristek menekankan bahwa Modul Pendidikan Berjenjang untuk Pendidikan Inklusif menjadi solusi terhadap berbagai tantangan yang dihadapi oleh para pendidik dalam menyediakan pendidikan yang adil dan setara bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).
“Sebagai bagian dari dukungan terhadap implementasi pendidikan inklusif di berbagai sekolah, Kemendikbudristek telah meluncurkan modul pendidikan berjenjang inklusif untuk tingkat dasar yang dapat diakses oleh semua guru di seluruh Indonesia melalui Platform Merdeka Mengajar,” jelas Direktur SMA Kemendikbudristek, Winner Jihad Akbar, saat berbicara dalam Seri Webinar Inklusif bertema Merangkul Keragaman untuk Mewujudkan Lingkungan Belajar yang Aman, Ramah, dan Menyenangkan di Jakarta, Rabu (9/10/2024) kemarin.
Winner menjelaskan lebih lanjut bahwa modul ini dirancang untuk memberikan pemahaman serta contoh-contoh penerapan yang baik terkait pendidikan inklusif, khususnya bagi guru-guru yang bukan berasal dari latar belakang pendidikan khusus.
Dengan adanya modul ini, para guru diharapkan tetap bisa menyediakan layanan pendidikan yang inklusif dan merata bagi siswa dengan kebutuhan yang beragam.
Winner juga berharap bahwa modul ini bisa menjadi pemicu dalam pengembangan keprofesian terkait pendidikan inklusif, yang pada akhirnya dapat memperkuat layanan pendidikan yang aman, ramah, serta menyenangkan bagi siswa dengan berbagai kebutuhan, di seluruh ekosistem pendidikan.
Data Dapodik per Desember 2023 menunjukkan bahwa ada 40.164 sekolah formal yang memiliki siswa berkebutuhan khusus. Namun, hanya 5.956 sekolah, atau sekitar 14,83 persen, yang memiliki guru pembimbing khusus, angka yang masih di bawah 20 persen.
“Oleh karena itu, untuk mengatasi tantangan dalam penyediaan pendidikan inklusif ini, diperlukan komitmen dari semua pihak—pemerintah, lembaga pendidikan, guru, orang tua, hingga masyarakat—untuk bersama-sama menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa,” tutup Winner.